Oleh Kak Ayu
Guru di SMKN 8 Malang
Senja membawa hilir anginnya sepoi-sepoi di pelataran rumah yang padat penduduk, dan kian terasa sejuk dan dingin. Suara jangkrik, dan katak bernyanyi membuat suasana lingkungan tersebut terasa asri dan tenang. Muncul seorang pemuda yang tampannya kearab araban, membuat lingkungan sekitar sangat mendukung keasrian yang menyerupai gadis tersebut. Aktifitas pagi membantu orang tua ke ladang tidak menghilangkan keramahannya ke orang lain. Meme panggilan akrabnya, sederhana, tidak neko-neko dan tekun serta ringan tangan keorang lain, siapa yang tidak kenal gadis kearab-araban ini. Ibu-ibu di sekitar rumah tidak pernah lepas dari obrolan mereka, dia sangat disayangi seperti anak sendiri, karena melihat kepribadiannya yang baik, bahkan ada yang menginginkan menjadi menantunya. Seorang ayah yang selalu bekerja keras untuk keluarga yang dia cintai dan sayangi …. Bangun pagi 2.00 mulai beraktivitas kekebun untuk melihat tanaman yang menjadi penopang hidupnya dan impiannya sejak dia duduk di bangku TK, yang menjadi tujuan hidup keluarganya, pergi ke tanah suci untuk menjalankan ibadah umroh atau haji ke baitulah. Tumpuan harapan kedua orang tua ini adalah anaknya Meme, satu-satunya tujuan hidup keluarga ini.
Meme adalah gadis kearabian yang menjadi idola di kampung tersebut, desa yang masih alami dengan lingkungan masyarakat, ramah masyarakatnya dan rindang serta sejuk dengan daerah-daerah sekelilingnya, penduduk pekerja keras, kreatif dan inovatif. Keterampilan yang dimiliki penduduk desa gentong ini, siapa yang tidak tahu? Pengrajin tradisional yang hasil karyanya sampai kemancanegara, ulet dan tekun dalam mengais rezeki demi keluarga yang mereka impikan. Para gadis dan pemuda juga terlihat demikian, keramahan desa ini telah melekat pada masyarakat yang berdomisili dan bertempat tinggal didaerah tersebut.
Tumbuh di tengah-tengah masyarakat ini, gadis yang menjadi idola teladan dan kerajinan dalam menempuh kehidupan, menjadi teladan bagi gadis-gadis lain.
“Ku, ku, ru, yuk,…..ku, ku, ru, yuk” suara ayam jantan berkokok menandakan aktivitas mulai hidup di kampung tersebut, lalu lalang pejalan kaki yang membawa sabit, ebor, sapi, kerbau hilir menuju ke sawah dan ladang sama pemiliknya. Tempat bekerja mereka tidak jauh dari rumahnya, mulai matahari terbit sampai matahari di ufuk timur Nampak sepi desa gentong.
Ini menandakan penduduk tidak berada di rumah tetapi sibuk mengais rezeki di ladang serta sawah. Inilah kehidupan masyarakat gentong yang ada di Kabupaten Mojokerto, Nampak wajah-wajah nan asli dan berseri serta syukur nikmat, ketika panen dari hasil kebun maupun ladang. Kehidupam yang masih jauh dari maju, tetapi mereka nikmati dan disyukuri, sebagai kehidupan yang dijalani dan penopang kesehariannya.
Pak Abu panggilan bapak Meme, terkenal sebagai orang yang rajin pekerja keras dan ramah ke semua orang di Desa Gentong. Hari Minggu, Meme pun bangun pagi setelah itu dia beratifitas, menyapu halaman rumah yang cukup luas dengan tanaman bunga, sayur-sayuran mulai dari kangkung, bayam, sawi sampai daun bawang juga ada. Setiap pagi gadis ini selalu memanen tanamannya, untuk dia masuk dengan ibunya di dapur. Tak terasa 20 menit berlalu di atas meja makan sudah termasak berbagai macam sayuran segar, ikan segar dari kolam belakang rumah dan sambal terasi kesukaan keluarga kecil nan bahagia ini. Keluarga pak Abu memiliki empat orang anak, yang paling besar sudah berkeluarga di luar kota, yang no 2 bekerja di perusahaan sebagai penjaga toko, yang no 3 masih berada di bangku SMA sedangkan kecil masih duduk di bangku SMP. Kehidupan sederhana nan bahagia selalu pak abu jalankan, dengan bergantung pada lahan pertaniannya, tidak membuatnya jenuh dan capek, tetapi malah sebaliknya.
Meme panggilan akrab para tetangga ke gadis kearab-araban ini, yang selalu membawa aura positif bagi teman-temannya di Desa Gentong. Prinsip hidup rajin dan ulet ditanamkan kedua orang tuanya, kelak agar menjadi orang sukses. Suatu hari, Nampak tanaman di sekitar rumahnya bunga bermekaran, harum dan semerbak, binatang lebah pun ikut menikmati bunga mawar, anggrek, dahlia dan pecah piring sampai kupu-kupu pun berwarna-warni menghinggap untuk ikut bersenang-senang. Gadis ini berlarian, bercanda sama binatang-binatang ini, datang teman sekolahnya Utik panggilannya.
Dari jauh Utik melambaikan tangan ke Meme berkata Utik “Hai meme lagi ngapain? Wow bunga tanaman di kebunmu terlihat syantik seperti yang menanam,” jawab Utik.
Meme pun menjawab “iya ini aku belajar dari youtube dan dari guru di sekolah bagaimana merawat bunga, memelihara, merawat sampai memanen,” ungkap gadis Arab ini.
Selang waktu obrolan mereka sampai kemana-mana mulai cita-cita sampai ada teman yang menyukai dia. Serta pelajaran di sekolah mulai yang disenangi dan tidak disenangi. Kedua gadis ini, berteman sejak dibangku TK sampai SMP. Kemana pun pergi ada Meme pasti ada Utik. Bergantian untuk mengajak bermain dan belajar dalam menggapai cita-citanya. Dalam rangking kelas pun mereka bersaing terus mulai dari peringkat 1,2, dan 3. Berkejar-kejaran dalam prestasi di kelas. Persahabatan bagai kepompong yang tidak pernah putus ditelan oleh waktu. Serasa seperti saudara kandung, saling memotivasi dan menasehati untuk maju belajar dan belajar. Anak dua ini memang popular di kampung sebagai sahabat sejati suka dan duka.
Setiap hari mengayuh sepeda pergi ke sekolah, bersama-sama dalam keceriaan dalam menggapai cita-citanya, seakan seperti dua sejoli Romi dan Yuli. Bahkan sepeda yang mereka gunakan untuk berangkat ke sekolah pun sama, yang ada keranjangnya di depan dengan warna biru yang setia menemani mereka berdua.
Panggilan Utik orang tua kolot, mereka punya prinsip setelah lulus SMP akan dinikahkan dengan laki-laki pilihan orang tuanya. Utik pun juga memiliki pacar yang bertempat tinggal tidak jauh dari rumahnya, setiap malam minggu selalu apel kerumahnya. Kala itu Meme kaget
“Wooow siapa cowok itu,”
Kok bergandengan tangan, mungkin saudara atau kakaknya dalam hati Meme’ siapa cowok yang berkulit hitam di rumah Utik? Apakah Utik punya cowok? Dalam perasaan Meme yang saat itu, karena Utik tidak pernah bercerita dan di sisi lain mereka juga masih SMP kelas 9. Dipikiran Meme kala itu, bagaimana belajar-belajar untuk menggapai cita-citanya menjadi seorang dokter. Meskipun ada yang mengajak berteman baik dia tetap menolak, dengan baik-baik.
Suatu ketika terlihat keramaian siswa-siswi berseragam biru putih, pagi nan cerah membawa kabar gembira untuk siswa/siswi kala itu pengumuman kelulusan SMP kelas 9 telah dimulai siswa/siswi terlihat gembira dan mereka mulai mencorat-coret baju yang dikenakan, ada tulisan tanda tangan, kalimat-kalimat kiasan, motivasi dan semboyan-semboyan terus maju dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Di hari itu juga, Utik mendekati Meme dia berkata
Artikel Terkait
'Father I Dont Want to Get Married' Chapter 113 Bahasa Indonesia, bukan di Batoto dan Zinmanhwa
Desta dan sang Istri Sepakat Lanjut Bercerai Usai Sidang Perdana, Natasha Rizky: Doain Aja yang Terbaik
'Omniscient Reader Viewpoint' Chapter 160 Bahasa Indonesia, Bukan di Duniakomik atau Asura Scans
'The Marriage Business' Chapter 85 Bahasa Indoneisa, Bukan di Mangaclash atau Coffee Manga
'Nano Machine' Chapter 156 Bahasa Indonesia LEGAL, Jangan Baca di Komikcast dan Komikpedia
Movie Date ala Jokowi dan Iriana Nonton 'Fast X' di Mall Botani, Nyantai Banget!
CERPEN: Barokallah